Ilustrasi |
BUNGO - Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer
pada lapisan di atas level beku. Es yang terjadi dengan proses ini
biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun ke arah
yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semua es
mencair.
Hujan es sebenarnya sulit terjadi, walau di beberapa daerah Indonesia juga pernah mengalami. Untuk bisa terwujud hujan es harus ditunjang ditunjang kondisi yang tepat. Pertama, hadirnya awan kumulonimbus, lalu adanya arus udara atas dan bawah yang kuat yang membekukan air hujan di puncak awan. Bila air hujan telah beku di puncak kemudian menurunkannya ke tempat yang lebih hangat untuk menghimpun kelembapan sebelum siklus berulang.
Selama ini, hujan es banyak terjadi di Negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda, dll. Namun, pada hari kamis sore (02/02), fenomena hujan es terjadi untuk yang pertama kalinya di Bumi
Langkah Serentak Limbai Seayun, Kabupaten Bungo. Hujan yang berbentuk butiran es ini
turun di Dusun Pauh Agung, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.
Agus Lim, salah seorang masyarakat Dusun Pauh Agung
mengatakan, hujan turun sekitar pukul 17.00 WIB.
Ia menambahkan "Setahu saya hujan es ini terjadi untuk yang pertama kalinya di
dusun kami. Masyatakat awalnya menduga atap rumah mereka dilempari batu
kerikil oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Namun, setelah melihat keluar rumah ternyata yang jatuh butiran es
berukuran sedang dari langit".
Dikatakan Agus, sejauh ini masyarakat Dusun Pauh Agung menilai
hujan batu es ini hanyalah pertanda perubahan cuaca. Tapi masyarakat
sedikit takut jika hujan batu es kembali terjadi dengan ukuran yang
cukup besar.
"Kami takut jika hujan es turun dengan ukuran yang lebih besar,
bisa saja atap rumah kami hancur karena tidak mampu menahan beban, apalagi di desa ini masih banyak rumah-rumah tua", ujarnya. (KG)