» » » Adirozal: "mengatasi banyaknya warga Kerinci yang ke Malaysia, bukan merupakan hal mudah"

Adirozal: "mengatasi banyaknya warga Kerinci yang ke Malaysia, bukan merupakan hal mudah"

Penulis By on Sabtu, 11 Februari 2017 | No comments

Ilustrasi
KERINCI - Malaysia selalu menjadi  target utama mayoritas TKI asal Provinsi Jambi, khususnya bagi tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Kerinci. Dalam setiap tahunnya, selalu ada TKI asal Kerinci yang bekerja ke negeri serumpun itu.

Hal ini karena dipengaruhi oleh iming-iming dari warga Kerinci yang sudah belasan tahun merantau di Malaysia, dimana upah ringgit yang mereka peroleh saat bekerja cukup memuaskan bila ditukarkan ke rupiah. Apalagi selama ini, mereka dihantui kejenuhan hidup tanpa pekerjaan tetap saat tinggal di kampung.

Jamhari, warga Kecamatan Danau Kerinci, megatakan bahwa banyaknya warga Kerinci merantau ke Malaysia, dikarenakan upah yang didapat memang sedikit lebih baik  dibandingkan upah pekerja kasar umumnya di Indonesia. Seperti cleaning service (petugas kebersihan), dalam satu bulan mereka mendapatkan gaji bersih RM 900 atau setara dengan Rp 3 juta. Pekerja kilang (Perusahaan, red), dalam satu bulan mereka mendapatkan gaji bersih Rm 800 atau setara dengan Rp 2,5 juta. Sementara untuk Contractor (pekerja bangunan) merupakan gaji yang sangat besar yakni Rm 2600 atau Rp 8 juta perbulannya.

Selama ini, untuk merantau ke Malaysia, hampir warga Kerinci hanya bermodalkan dokumen Pasport. Karna itu dianggap merupakan biaya yang cukup murah dibandingkan dokumen lainnya. Sudah menjadi rahasia umum, ketika mengurus administrasi pasport, semua perantau selalu beralasan hanya untuk pergi melancong (jalan-jalan, red) ke Malaysia yang hanya diberikan batas 1 bulan. ‘‘Setelah lewat 1 bulan, maka dokumen akan kosong atau sudah menjadi pekerja ilegal,’‘ ungkap Abdul Gafar, salah satu TKI asal Kerinci.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Kerinci Adirozal angkat bicara. Ia mengatakan bahwa gejala ini merupakan kondisi yang diwararisi secara turun menurun, bukan karena keterbatasan ekonomi dan minimnya lapangan kerja yag ada di Kerinci. ‘‘Ini karna sudah turun temurun dari orang tua terdahulu. Jika lapangan kerja, banyak kok tanah seperti kebun dan sawah yang tidak tergarap. Malahan gaji besar, seperti petani kayu manis, cabe dan kentang di Kayu Aro, dalam 1 kali panen mereka bisa mendapatkan untung hingga puluhan juta," ucap Adirozal.

Menurut Adirozal, untuk mengatasi banyaknya warga Kerinci yang ke Malaysia, bukan merupakan hal mudah. Pasalnya, harus merubah pola pikir masing-masing terlebih dahulu, bahwa kenyataannya kerja di kampung sendiri  jauh lebih aman dan menjanjikan dibandingkan di Malaysia, tutupnya (KG)
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya