Ilustrasi |
KERINCI - Malaysia selalu menjadi target utama mayoritas TKI asal Provinsi Jambi, khususnya
bagi tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Kerinci. Dalam setiap tahunnya, selalu ada TKI asal Kerinci yang bekerja ke negeri serumpun itu.
Hal ini karena dipengaruhi oleh iming-iming dari warga Kerinci yang sudah belasan tahun
merantau di Malaysia, dimana upah ringgit yang mereka peroleh saat
bekerja cukup memuaskan bila ditukarkan ke rupiah. Apalagi selama ini,
mereka dihantui kejenuhan hidup tanpa pekerjaan tetap saat tinggal di
kampung.
Jamhari, warga Kecamatan Danau Kerinci, megatakan bahwa banyaknya warga
Kerinci merantau ke Malaysia, dikarenakan upah yang didapat memang sedikit lebih baik
dibandingkan upah pekerja kasar umumnya di Indonesia. Seperti cleaning service (petugas kebersihan), dalam satu bulan
mereka mendapatkan gaji bersih RM 900 atau setara dengan Rp 3 juta. Pekerja kilang
(Perusahaan, red), dalam satu bulan mereka mendapatkan gaji bersih Rm
800 atau setara dengan Rp 2,5 juta. Sementara untuk Contractor (pekerja bangunan)
merupakan gaji yang sangat besar yakni Rm 2600 atau Rp 8 juta
perbulannya.
Selama ini, untuk merantau ke Malaysia, hampir warga Kerinci hanya bermodalkan
dokumen Pasport. Karna itu dianggap merupakan biaya yang cukup murah
dibandingkan dokumen lainnya. Sudah menjadi rahasia umum, ketika
mengurus administrasi pasport, semua perantau selalu beralasan hanya
untuk pergi melancong (jalan-jalan, red) ke Malaysia yang hanya
diberikan batas 1 bulan. ‘‘Setelah lewat 1 bulan, maka dokumen akan
kosong atau sudah menjadi pekerja ilegal,’‘ ungkap Abdul Gafar, salah
satu TKI asal Kerinci.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Kerinci Adirozal angkat bicara. Ia mengatakan bahwa gejala ini merupakan kondisi yang diwararisi secara turun menurun,
bukan karena keterbatasan ekonomi dan minimnya lapangan kerja yag ada di Kerinci. ‘‘Ini karna sudah turun temurun dari orang tua terdahulu. Jika lapangan
kerja, banyak kok tanah seperti kebun dan sawah yang tidak tergarap.
Malahan gaji besar, seperti petani kayu manis, cabe dan kentang di Kayu
Aro, dalam 1 kali panen mereka bisa mendapatkan untung hingga puluhan
juta," ucap Adirozal.
Menurut Adirozal, untuk mengatasi banyaknya warga Kerinci yang ke
Malaysia, bukan merupakan hal mudah. Pasalnya, harus merubah pola pikir
masing-masing terlebih dahulu, bahwa kenyataannya kerja di kampung
sendiri jauh lebih aman dan menjanjikan dibandingkan di Malaysia, tutupnya (KG)